BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lichenes atau lumut kerak sering disebut sebagai tumbuhan
perintis. Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan tetapi dapat juga di
atas tanah, terutama di daerah tundra disekitar kutub utara. Lichenes tergolong
ke dalam tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembuatan tanah. Lichenes
dapat kita temukan di tepi pantai sampai di atas gunung-gunung yang tinggi.
Lichenes tidak memerlukan syarat-syarat hidup yang tinggi
dan tahan kekurangan air dalam hangka waktu yang lama, karena panas yang terik
Lichenes yang hidup pada batu-batu dapat menjadi kering tetapi tidak mati dan
jika kemudian turun hujan lichenes dapat hidup subur kembali namun
pertumbuhannya sangat lambat. Lichenes dapat hidup pada kayu-kayu,
batang,pohon, dan batu-batuan.Tetapi banyak orang yang tidak mengetahui manfaat
dari lichenes ternyata lichenes dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran
udara. Untuk lebih memahami tentang hal itu, maka penyusun menyusun makalah
ini.
B. Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah untuk mengetahui
pengertian, morfologi, klasifikasi, perkembangbiakkan serta manfaat lichens
bagi manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN LICHENES
Organisme ini sebenarnya kumpulan antara Fungi dan Algae,
tetapi sedemikian rupa, hingga dari segi morfologi dan fisiologi merupakan
suatu kesatuan.
Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi
dapat jiga di atas tanah, terutama di daerah tundra di sekitar kutub utara. Di
daerah ini areal dengan luas ribuan km2 tertutup oleh lichenes. Baik di atas
cadas maupun di dalam batu, tidak terikat tingginya tempat di atas permukaan
air laut. Lichenes dapat kita temukan dari tepi pantai sampai di atas
gunung-gunung yang tinggi. Tumbuhan ini tergolong dalam tumbuhan perintis yang
ikut berperan dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada bagian
pinggir batu-batu, oleh karenanya disebut bersifat endolitik.
Lichenes tidak memerlukan syarat-syarat hidup yang tinggi,
dan tahan kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Karena panas yang terik
lichenes yang hidup pada batu-batu dapat menjadi kering, tetapi tidak mati, dan
jika kemudian turun hujan, Lichenes dapat hidup kembali. Pertumbuhan thalusnya
sangat lambat, dalam satu tahun jarang lebih dari 1 cm. tubuh buah baru
terbentuk setelah mengadakan pertumbuhan vegetatif bertahun-tahun.
Algae yang ikut menyusun tubuh Lichenes disebut gonidium,
dapat bersel tunggal atau berkoloni. Kebanyakan gonidium adalah ganggang biru
(Cyanophyceae) antara lain Chroococcus dab Nostoc, kadang-kadang juga ganggang
hijau 9chlorophyceae) misalnya Cystococcus dan Trentepohlia.
Kebanyakan cendawan yang ikut menyusun Lichenes tergolong ke
dalam Ascomycetes terutama Discomycetales, hanya kadang-kadang Pyrenomycetales.
Mungkin juga Basidiomycetes mengambil bagian dalam pembentukan Lichenes.
Kebanyakan cendawan-cendawan tertentu bersimbiosis dengan ganggang tertentru
pula. Untuk memelihara Lichenes pada medium buatan dijimpai bamnyak kesukaran.
Tetapi jika cendawan dan ganggangnya dipisahkan, masing-masing dapat dipiara
dengan mudah pada medium buatan. Pada umumnya Lichenes pada medium buatan tidak
memperlihatkan pertumbuhan yang kuat. Jadi daya untuk hidup sendiri telah
hilang, sehingga cendawan itu dalam jarang sekali ditemukan dalam keadaan hidup
bebas. Dalam kultur murni cendawan itu memperlihatkan susunan morfologi
menurut jenisnya, tetapi bentuk thalus seperti Lichenes baru terjadi, jika
bertemu dengan jenis ganggang yang tepat. Lain ganggang akan menghasilkan lain
Lichenes. Jadi bentuk lichenes bergantung pada macam cara hidup bersama antara
kedua macam organisme yang menyusunnya.
Hidup bersama antara dua organisme yang berlainan jenis umumnya
disebut simbiosis. Masing-masing organisme itu sendiri disebut simbion. Dalam
pembicaraan sehari-hari simbiosis itui sering diartikan sebagai hidup bersama
dengan keuntungan bagi kedua simbion, yang seharusnya dinamakan mutualisme.
Pada lichenes simbiosis antara fungi dan algae diberikan
tafsiran yang berbeda-beda. Ada yang menafsirkan sebagai mutualisme, karena
dipandang kedua-duanya dapat memperoleh keuntungan dari hidup bersama itu.
Ganggang memberikan hasil-hasil fotosintesis terutama yang berupa karbohidrat
kepada cendawan, dan sebaliknya cendawan memberikan air dan garam-garam kepada
ganggang.
Dapat juga hubungan antara ganggang dan jamur itu dianggap
sebagai suatu helotisme. Keuntungan yang timbal balik itu hanya sementara,
yaitu pada permulaan saja, tetapi akhirnya ganggan diperalat oleh cendawan,
hubungan mana menyerupai hunbungan seorang majikan dengan budaknya (heloot).
Dalam hal ini hidup bersama natara cendawan dan ganggang pada Lichenes
dinamakan helotisme. Mengenai hal tersebut memang masih belum tercapai
persesuaian paham.
Pada penampang melintang talus lichenes tampak hifa cendawan
sering kali membalut sel-sel ganggang, bahkan ada yang memasukkan haustorium ke
dalam sel-sel ganggang. Ganggang tetap hidup, tetapi tidak dapat membiak dengan
sel-sel lembaganya sendiri. Adapula yang miselium cendawan hanya msuk kedalam
selaput lender sel-sel ganggang. Dalam hal tersebut bentuk ganggang menentukan
bentuk Lichenes. Pada umumnya miselium cendawan jauh lebih banyak bagian dalam
takus terdiri atas anyaman hiva yang renggang dan merupakan lapisan
teras(lapisan empulur). Dalam lapisan ini dekat dengan permukaan sel-sel
ganggang, bergerombol yang merupakan lapisan yang dinamakan lapisan
gonidium. Kulit luarnya terdiri atas mislelium cendawan lagi yang teranyam
sebagai plektenkim dengan rapat.
Menurut habitusnya kita membedakan Lichenes yang talusnya
menyerupai lembaran-lembaran, dan seperti semak. Yang pertama biasanya melekat
dengan benang-benang menyerupai rizoid pada substratnya dengan seluruh sisi
bawah talus, sedang yang kedua mempunyai ujung talus yang bebas dalam udara.
Pembagian ini sama sekali tidak menunjukkan hubungan filogenetik antara
anggota-anggota yang tergolong di dalamnya. Kebanyakan Lichexnes berkembang
biak vegetatif, karena bila sebagian talus terpisah lalu tumbuh menjadi
individu baru. Pada bebarapa jenis Lichenes,pembiakan berlangsung dengan
perantaraan soredium, yaitu kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang
membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat
terlepas dari indukknya. Dengan robeknya dinding talus soredium tersebar
seperti debu yang ditiup angin. Benda-benda tersebut pada tempat lain dapat
tumbuh menjadi Lichenes baru. Seringkali soredium itu tetjadi dalam talus pada
tempat-tempat yang mempunyai batas yang jelas yang dinamakan soralum. Pada
talus Lichenes, cendawan akhirnya dapat membentuk tubuh buah yang menurut jenis
cendawan dapat berupa apotesium atau peritesium. Spora yang dilepaskan , di
tempat yang baru jika menjumpai jenis ganggang yang tepat, yang sama dengan
jenis ganggang pada talus indukknya.
2.2 MORFOLOGI LICHENES
A. Morfologi Luar
Tubuh lichenes dinamakan thallus yang
secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan alga dan jamur. Thallus ini
berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna
kuning, oranye, coklat atau merah dengan habitat yang bervariasi. Bagian tubuh
yang memanjang secara selluler dinamakan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif
dari thallus atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan
lichenes. Alga selalu berada pada bagian permukaan dari thallus.
Berdasarkan bentuknya lichenes dibedakan
atas empat bentuk :
a. Crustose
Lichenes yang memiliki thallus yang
berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon
atau di tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya.
Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau
Pleopsidium
Haematomma accolens
Acarospora
Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di
dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan disebut endolitik,
dan yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau
endoploidal. Lichen yang longgar dan bertepung yang tidak memiliki
struktur berlapis, disebut leprose.
Caloplaca luteominea
subspecies bolanderi (lichen
endolitik)
b. Foliose
Lichen foliose memiliki struktur seperti
daun yang tersusun oleh lobuslobus. Lichen ini relatif lebih longgar melekat
pada substratnya. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang
mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini
melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai
alat untuk mengabsorbsi makanan.
Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera, Parmelia dll.
Xantoria elegans
Physcia aipolia
Peltigera malacea Parmelia sulcata
c. Fruticose
Thallusnya berupa semak dan memiliki
banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung
pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat perbedaan antara permukaan
atas dan bawah.
Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia
Usnea longissima Ramalina
stenospora
Cladonia perforata
d. Squamulose
Lichen ini
memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang
biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur
tubuh buah yang disebut podetia.
Psora pseudorusselli Cladonia
carneola
B. Morfologi dalam (Anatomi)
Anatomi lumut kerak Apabila kita sayat tipis tubuh lumut kerak, kemudian
diamati di bawah mikroskop, maka akan terlihat adanya jalinan hifa/misellium
jamur yang teratur dan dilapisan permukaan terdapat kelompok alga bersel satu,
yang terdapat disela-sela jalinan hifa. Secara garis besar susunan tubuh lumut
kerak dapat dibedakan menjadi 3 lapisan
Struktur morfologi dalam diwakili oleh
jenis foliose, karena jenis ini mempunyai empat bagian tubuh yang dapat
diamati secara jelas yaitu.
a) Korteks atas, berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma
dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa
gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan.
b) Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak
di bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara
hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan
Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan
gonidial sebagai organ reproduksi.
c) Medulla, terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu
bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala
arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih
dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis
pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian
hubungan antara dua pembuluh.
d) Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat
padat dan membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan
kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines).
Ada beberapa jenis lichenes tidak mempunyai korteks bawah.
Dan bagian ini digantikan oleh lembaran
tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi. Dari
potongan melintang Physcia sp. terlihat lapisan hijau sel-sel alga dan rhizines
coklat bercabang pada bagian bawah. Bagian tengah yang berwarna putih terdiri
dari sel-sel jaringan jamur yang disebut medulla.
Struktur pipih pada bagian atas dan
kanan disebut apothecia dan lapisan coklat di atasnya disusun oleh asci,
yaitu bagian dari ascomycete yang megandung spora jamur.
Potongan melintang Physcia
sp.
C. Struktur Vegetatif
Struktur tubuh lichenes secara vegetatif
terdiri dari:
Soredia, terdapat pada bagian medulla yang keluar melalui celah
kulit.
Diameternya sekitar 25 – 100 mμ , sehingga
soredia dapat dengan mudah diterbangkan angin dan akan tumbuh pada kondisi yang
sesuai menjadi tumbuhan licenes yang baru. Jadi pembiakan berlangsung dengan perantaraan
soredia. Soredia itu sendiri merupakan kelompok kecil sel-sel gangang yang
sedang membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi satu badan yang
dapat terlepas dari induknya. Soredia ini terdapat di dalam soralum. Potongan Lobaria
pulmonaria. Bagian hitam yang membengkak disebut cephalodium dan struktur
bentuk mahkota adalah soralium dengan bentuk bola kecil soredia di atasnya.
Lapisan hijau adalah koloni alga.
Isidia
Isidia berbentuk silinder, bercabang
seperti jari tangan dan terdapat pada kulit luar. Diamaternya 0,01 – 0,03 mμ
dan tingginya antara 0,5 – 3 mμ. Berdasarkan kemampuannya bergabung dengan
thallus, maka dalam media perkembangbiakan, isidia akan menambah luas permukaan
luarnya. Sebanyak 25 – 30 % dari spesies foliose dan fructicose mempunyai
isidia. Proses pembentukan isidia belum diketahui, tetatpi dianggap sebagai
faktor genetika.
Lobula
Lobula merupakan pertumbuhan lanjutan
dari tahllus lichenes yang sering dihasilkan di sepanjang batas sisi kulit
luar. Lobula ini dapat berkembang dengan baik pada jenis foliose, Genus Anaptycia,
Neproma, Parmelia dan Peltigera. Lobula sangat sukar dibedakan
dengan isidia.
Rhizines
Rhizines merupakan untaian yang menyatu
dari hifa yang berwarna kehitam-hitaman yang muncul dari kulit bagian bawah
(korteks bawah) dan mengikat thallus ke bagian dalam. Ada dua jenis rhizines
yaitu bercabang seperti pada Ctraria, Physcia dan Parmelia dan
yang tidak bercanag terdapat pada Anaptycis dan beberapa Parmelia.
Tomentum
Tomentum memiliki kepadatan yang kurang
dari rhizines dan merupakan lembaran serat dari rangkaian akar atau untaian
yang renggang. Biasanya muncul pada lapisan bawah seperti pada Collemataceae,
Peltigeraceae dan Stictaceae.
Cilia
Cilia berbentuk seperti rambut,
menyerupai untaian karbon dari hifa yang muncul di sepanjang sisi kulit. Cilia
berhubungan dengan rhizines dan hanya berbeda pada cara tumbuh saja.
Cyphellae dan Pseudocyphellae
Cypellae berbentuk rongga bulat yang
agak besar serta terdapat pada korteks bawah dan hanya dijumpai pada genus Sticta.
Pseudocyphellae mempunyai ukuran yang lebih kecil dari cyphellae yaitu
sekittar 1 mμ dan terdapat pada korteks bawah spesies Cetraria, Cetralia,
Parmelia dan Pasudocyphellaria. Rongga ini berfungsi sebagai alat
pernafasan atau pertukaran udara.
Cephalodia.
Cephalodia merupakan pertumbuhan
lanjutan dari thallus yang terdiri dari alga-alga yangg berbedadari inangnya.
Pada jenis peltigera aphthosa, cephalodia mulai muncul ketika Nostoc jatuh
pada permukaan thallus dan terjaring oleh hifa cephalodia yang berisikan Nostoc
biru kehijauan. Jenis ini mampu menyediakan nitrogen thallus seperti Peltigera,
Lecanora, Stereocaulon, Lecidea dan beberapa jenis crustose lain.
2.3 KLASIFIKASI LICHENES
Lichenes sangat sulit untuk diklasifikasikan
karena merupakan gabungan dari alga dan fungi serta sejarah perkembangan yang
berbeda. Para ahli seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus (1956),
berpendapat bahwa lichenes dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam kelompok
jamur sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari
Ascomycetes. Smith (1955) menganjurkan agar lichenes dikelompokkan dalam
kelompok yang terpisah yang berbeda dari alga dan fungi. Lichenes memiliki
klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar klasifikasinya secara umum adalah
sebagai beriktu :
1. Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya
A. Ascolichens.
a. Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang
dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.
b. Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes membentuk
tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.
Lichenes membentuk tubuh buah yang berupa apotesium. Berlainan dengan
Discomycetales yang hidup bebas yang apotesiumnya hanya berumur pendek.
Apotesium pada Lichenes ini berumur panjang, bersifat seperti tulang rawan dan
mempunyai askus yang berdinding tebal. Dalam golongan ini termasuk Usnea (rasuk angin) yang berbentuk semak
kecil dan banyak terdapat pada pohon-pohonan di hutan apalagi di daerah
pegunungan.
Gambar . Dermatocarpon sp Gambar . Verrucaria
Contoh Ascholichenes adalah Usnea barbata dan Usnea dasypoga yang dianggap mempunyai khasiat obat untuk ramuan
pembuatan jamu tradisional (gambar 14 dan 15). Usnea menghasilkan suatu
antibiotik asam usnin yang berguna untuk melawan Tuberculosis. Rocella tinctoria untuk pembuatan
lakmus. Cladonia rangifera adalah
makanan utama rusa kutub. Cetraria
islandica terdapat di daerah pegunungan di eropa mempunyai khasiat obat. Lobaria pulmonaria berupa
lembaran-lembaran seperti kulit yang hidup pada pohon-pohon dan batu-batu.
Gambar . Usnea barbata Gambar . Usnea dasypoga
Dalam klas Ascolichenes
ini dibangun juga komponen alga dari famili Mycophyceae dan Chlorophyceae yang
bentuknya berupa gelatin.
Genus dari Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari Chlorophyceae adalah : Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dan lain-lain.
B. Basidiolichenes (Hymenolichenes)
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan genus : Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filament yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filament yaitu Chrococcus.
Basidiolichenes kebanyakan mempunyai tallus yang berbentuk lembaran-lembaran. Pada tubuh buah terbentuk lapisan himenium yang mengandung basidium yang sangat menyerupai tubuh buah Hymenomycetales. Contoh Cora pavonia, sebagai bahan pembuat obat-obatan (gambar 16).
Genus dari Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari Chlorophyceae adalah : Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dan lain-lain.
B. Basidiolichenes (Hymenolichenes)
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan genus : Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filament yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filament yaitu Chrococcus.
Basidiolichenes kebanyakan mempunyai tallus yang berbentuk lembaran-lembaran. Pada tubuh buah terbentuk lapisan himenium yang mengandung basidium yang sangat menyerupai tubuh buah Hymenomycetales. Contoh Cora pavonia, sebagai bahan pembuat obat-obatan (gambar 16).
Gambar
16. Cora pavonia
Dalam Klas Ascolichens ini dibangun juga
oleh komponen alga dari famili: Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya
berupa gelatin. Genus dari Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc,
Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari Cholophyceae adalah : Protococcus,Trentopohlia,
Cladophora dll.
C. Lichen Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus,
Lepraria, Leprocanlon, Normandia, dll.
2. Berdasarkan alga yang menyusun thalus
A. Homoimerus
Sel alga dan hifa jamur tersebar merat
pada thallus. Komponen alga mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk
dalam Mycophyceae. Contoh : Ephebe, Collema
Collema coccophorum
B. Heteromerous
Sel alga terbentuk terbatas pada bagian
atas thallus dan komponen jamur menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak
berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia
3. Berdasarkan type thallus dan kejadiannya
A. Crustose atau Crustaceous.
Merupakan lapisan kerak atau kulit yang
tipis di atas batu, tanah atau kulit pohon. Seperti Rhizocarpon pada
batu, Lecanora dan Graphis pada kulit kayu. Mereka terlihat
sedikit berbeda antara bagian permukaan atas dan bawah.
Rhizocarpon geographicum Lecanora argopholis
B. Fruticose atau filamentous
Lichen semak, seperti silinder rata atau
seperti pita dengan beberapa bagian menempel pada bagian dasar atau permukaan. Thallus
bervariasi, ada yang pendek dan panjang, rata, silindris atau seperti janggut
atau benang yang menggantung atau berdiri tegak. Bentuk yang seperti telinga
tipis yaitu Ramalina. Yang panjang menggantung seperti Usnea dan Alectoria.
Cladonia adalah tipe antara kedua bentuk itu.
Alectoria samentosa Cladonia cornuta
2.4 PERKEMBANGBIAKAN LICHENES
Perkembangbiakan lichenes melalui tiga
cara, yaitu :
A. Secara Vegetatif
Fragmentasi
Fragmentasi adalah perkembangbiakan
dengan memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian
berkembang menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut
dinamakan fragmen. Pada beberapa fruticose lichenes, bagian tubuh yang lepas
tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichenes yang
baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif
untuk peningkatan jumlah individu.
Isidia
Kadang-kadang isidia lepas dari thallus
induknya yang masing-masing mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi
individu baru jika kondisinya sesuai.
Soredia
Soredia adalah kelompok kecil sel-sel
ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benag-benang miselium menjadi
suatu badan yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus,
soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichenes baru.
Lichenes yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
B. Secara Aseksual
Metode reproduksi aseksual terjadi
dengan pembentukan spora yang sepenuhnya bergantung kepada pasangan jamurnya.
Spora yang aseksual disebut pycnidiospores. Pycnidiospores itu ukurannya kecil,
spora yang tidak motil, yang diproduksi dalam jumlah yang besar disebut
pygnidia. Pygnidia ditemukan pada permukaan atas dari thallus yang mempunyai
suatu celah kecil yang terbuka yang disebut Ostiole. Dinding dari pycnidium
terdiri dari hifa yang subur dimana jamur pygnidiospore berada pada ujungnya.
Tiap pycnidiospore menghasilkan satu hifa jamur. Jika bertemu dengan alga yang
sesuai terjadi perkembangan menjadi lichenes yang baru.
C. Secara Seksual
Perkembangan seksual pada lichenes hanya
terbatas pada pembiakan jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan secara
seksual adalah kelompok jamur yang membangun tubuh lichenes.
2.5 MANFAAT LICHENES
Lichenes memiliki bermacam-macam
kegunaan dan bahaya, antara lain :
A. Lichenes sebagai bahan makanan
Thallus dari lichenes belum digunakan
sebagai sumber makanan secara luas, karena lichenes memiliki suatu asam yang
rasanya pahit dan dapat menimbulkan gatal-gatal, khususnya asam
fumarprotocetraric. Asam ini harus dibuang terlebh dahulu dengan merebusnya
dalam soda. Tanaman ini mempunyai nilai, walaupun tidak sama dengan makanan
dari biji-bijian. Pada saat makanan sulit didapat, orang-orang menggunakan lichens
sebagai sumber karbohidrat dengan mencampurnya dengan tepung.
Di Jepang disebut Iwatake, dimana Umbilicaria
dari jenis foliose lichenes digoreng atau dimakan mentah. Lichenes juga
dimakan oleh hewan rendah maupun tingkat tinggi seperti siput, serangga, rusa
dan lain-lain. Rusa karibu menjadikan sejumlah jenis lichenes sebagai sumber
makanan pada musim dingin, yang paling banyak dimakan adalah Cladina
stellaris. Kambing gunung di Tenggara Alaska memakan lichenes dari jenis Lobaria
linita.
Umbilicaria Americana Lobaria
linita
Cladina stellaris
B. Lichenes sebagai obat-obatan
Pada abad pertengahan lichenes banyak
digunakan oleh ahli pengobatan. Lobaria pulmonaria digunakan untuk
menyembuhkan penyakit paru-paru karena Lobaria dapat membentuk lapisan
tipis pada paru-paru. Selain itu lichenes juga digunakan sebagai ekspektoran
dan obat liver. Sampai sekarang penggunaan lichenes sebagai obat-obatan masih
ada. Dahulu di Timur Jauh, Usnea filipendula yang dihaluskan digunakan sebagai
obat luka dan terbukti bersifat antibakteri. Senyawa asam usnat (yang terdapat dalam
ekstrak spesis Usnea) saat ini telah digunakan pada salep antibiotik,
deodoran dan herbal tincture. Spesies Usnea juga digunakan dalam pengobatan
Cina, pengobatan homeopathic, obat tradisional di kepulauan Pasifik, Selandia
Baru dan lain benua selain Australia. Banyak jenis lichenes telah digunakan
sebagai obat-obatan, diperkirakan sekitar 50% dari semua spesies lichenes
memiliki sifat antibiotik. Penelitian bahan obat-obatan dari lichenes terus berkembang
terutama di Jepang.
Lobaria pulmonaria Usnea
filipendula
C. Lichenes sebagai antibiotik
Substrat dari lichenes yaitu pigmen
kuning asam usnat digunakan sebagai antibiotik yang ampu menghalangi
pertumbuhan mycobacterium. Cara ini telah digunakan secara komersil. Salah satu
sumber dari asam usnat ini adalah Cladonia dan antibiotik ini terbukti
ampuh dari penisilin. Selain asam usnat terdapat juga zat lain seperti sodium
usnat, yang terbukti ampuh melawan kanker tomat. Virus tembakau dapat dibendung
dan dicegah oleh ekstrak lichenes yaitu : lecanoric, psoromic dan asam usnat.
D. Lichenes yang berbahaya
Pigmen kuning yang berasal dari jenis Usnea
dan Everia dapat menyebabkan alergi pada kulit dan menyebabkan
gatal-gatal. Abu soredia yang melekat pada kulit akan menimbulkan rasa gatal. Lichen
serigala atau Letharia vulpina adalah lichen beracun. Dari namanya menggambarkan
kegunaannya secara tradisional di bagian utara Eropah sebagai racun untuk
serigala. Bangsa Achomawi menggunakannya (kadang-kadang dicampur dengan bisa
ular) untuk membuat panah beracun. Walaupun demikian, suku Blackfoot dan
Okanagan-Colville memakai Letharia sebagai teh obat.
E. Kegunaan lain dari lichen
Dari hasil ekstraksi Everina, Parmelia,
dan Ramalina diperoleh minyak. Beberapa di antaranya digunakan untuk
sabun mandi dan parfum. Di Mesir digunakan sebagai bahan pembungkus mummi dan
campuran buat pipa cangklong untuk merokok, khususnya Parmelia audina yang
mengandung asam lecanoric.
Ekstrak
lichenes dapat juga dibuat sebagai bahan pewarna untuk mencelup bahan tekstil.
Bahan pewarna di ekstrak dengan cara merebus lichens dalam air, dan sebagian
jenis lain diekstrak dengan cara fermentasi lichens dalam amonia. Parmelia
sulcata digunakan untuk pewarna wol di Amerika Utara. Evernia prunastri yang
tumbuh di ranting pohon oak di Utara California.
Spesies ini di diproduksi secara
komersial di Eropa dan dikirim ke Prancis untuk industri parfum.
PENUTUP
Dari pembahasan mengenai lichenes ini
dapat disimpulkan bahwa lichens adalah sejenis tumbuhan yang unik. Tumbuhan ini
merupakan simbiosis antara alga dan jamur tertentu, dan memiliki morfologi,
reproduksi dan klsifikasi yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok
tersendiri. Tubuhnya berupa thallus yang terdiri dari benang-benang hifa.
Sebagai tumbuhan perintis, lichenes ikut berperan dalam pembentukan tanah dan
tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi. Tumbuhan lichenes tidak akan
terbentuk tanpa adanya simbiosis antara alga dan jamur yang sesuai. Tumbuhan
ini juga menghasilkan senyawa-senyawa metabolit yang tidak dihasilkan oleh alga
dan jamur yang hidup terpisah. Selain keunikan struktur, fisiologi maupun
reproduksinya, lichenes juga memiliki kegunaan ekonomi yang tidak kalah
pentingnya. Sampai sekarang para ahli masih terus meneliti tumbuhan ini dan ada
yang mengusulkan agar lichens dimasukkan ke dalam golongan tersendiri dan
terpisah dari jamur dan alga,
DAFTAR PUSTAKA
Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi
Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Yurnaliza. 2010. Lichenes. Universitas Sumatera Utara. Sumatra utara.
Anonim. 2008. Makalah Lichenes. (Online) Tersedia di http://tugaskuli4h.wordpress.com. Diunduh Rabu 16 November 2011.
Anonim. 2010. Lichenes. (Online) Tersedia di http://cahyobiologi.wordpress.com. Diunduh Rabu 16 November 2011.